Kalung Emas Poem by Ahmad Shiddiqi

Kalung Emas

kepada wanita yang sangat khusus
sudah sejak sewindu yang lalu
bersepeda delapan belas kilo meter
melintasi jalan berliku beronak berbatu
lorong becek dan pematang sawah licin

setiap pagi senin hingga sabtu
menuju pabrik kardus Mitra Semesta
di LIK dekat perumahan Genuk Indah
dari angkat angkat hingga menyablon

semua dikerjakan penuh cinta
penuh harapan demi sesuap nasi
orang tua miskin dan rumah gedek
sekolah hanya sampai SD kelas lima

namun pantang menangis pantang menyerah
yang penting tidak jadi maling
atau teroris atau koruptor atau pengecut
yang lari dari nyata hidup ini

tidak lupa berdoa baca bismillah tiga kali
sebelum berangkat kerja dengan sepeda kesayangan
dan mencium tangan keriput ayah
ibu meninggal tiga tahun yang lalu
karena komplikasi diabetes dan jantung

bila sabtu tiba setelah menerima gaji
lalu pulang dengan senyum dikulum
tidak bosan mampir ke warung pak totok
tuk membeli tembakau tuk ayah
yang setia menunggu dan mendoa

seminggu lagi lebaran tiba sudah
amat meriah lampu kerlip dan spanduk
mercon dan klotekan bersahut sahutan
sekarang genap sudah dua tahun
menabung tuk membeli yang didamba

sholat Dzuhur usai sudah ditunaikan
sekitar jam satu bersepeda ke pasar Sayung
sambil membawa dompet coklat kulit ular
di dalam saku belakang celana jeans
berisi tujuh lembar uang seratus ribuan

lima belas menit kemudian
lewati tikungan berjembatan besi
sampailah di tempat parkir
menitipkan sepeda lalu masuk
berjubel orang keluar masuk pasar

langsung menuju tengah tengah
ke toko emas Jafar yang bercat putih
di etalase kaca masih teronggok
seuntai kalung emas yang dilihat
sekitar enam tujuh hari yang lalu

bicara dengan penjual berkumis tebal
boleh lihat kalung ini, pak?
berapa harganya? berapa gram?
emas tengahan, tiga gram, mbak
enam ratus sembilan puluh ribu

lalu memegang dan melihatnya
dengan seksama dan cukup lama
tolong bungkus rapi, pak
jangan lupa juga kwitansinya
lalu merogoh dompet di saku

bagai tersengat ribuan watt listrik!
terpekik gemetar mata nanar!
oh Tuhan, tidak ada!
saku telah sobek besar!
dompet raib entah kemana!

lemas, lemas, langsung tersungkur!
jatuh pingsan di tengah tengah pasar!
melayang bersama mimpi yang sirna!
dikerubungi orang orang!
sungguh malang nian! ! !

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Ahmad Shiddiqi

Ahmad Shiddiqi

Semarang, Central Java, Indonesia
Close
Error Success