ada sunyi terpatah-patah
dalam jiwa yang meregang harapan
cukup luaskah hatimu
merengkuh segala yang dipersembahkan
...
bantun kalimah rinduku
mengibaskan buih-buih gelisah
lantak suara biru
sebelum tertangkap sebagai gema dalam cawan sukma
...
oh ibu...
bila ananda boleh bertanya dalam kekaguman
terbuat dari hatimu ibu, hingga genderang perang tak mampu membuatmu gentar, pergi mencari perlindungan bagi dirimu sendiri.
bentangan dekapanmu oh ibu, ada sumber kedamaian sejati
...
aku temukan helai rambut ibu
terurai dari celah cadas yang digulingkan sisipus ke dalam jurang
melempar kecamuk marah dewa-dewa
maka biarkan aku menemani laki-laki durjana ini sambil memintal rindu helai rambut ibuku...
...
Akulah jurang dengan kedalaman yang sangat menyeramkan bagi mata-mata yang menatapku dari atas sana.
Tak ada mata nyalang mencermatiku.
Hanya bidikan kecil dari mata yang penuh ketakutan.
Ketakutan yang alun menjalar dari kaki hinga ke atas kepala.
...
Aku mengintip langit dalam jam dinding.
Masih biru, sinar matahari menjarumi manik mataku
Aku tidur begitu lelap
Tak tahu telah disekap dan dihimpit dua jarum jam
...
Di pantai itu
Di pantai itu
Segala kebusukan mengalir di dalamnya
Dosa-dosa dilemparkan kembali oleh gelombang pasang
...
Begitulah kita; api yang berkobar namun mudah padam
Belum sempat kita maknai kobarnya
...
dalam kelopak tanpa manik
seseorang menjelma jadi sepi
begitu kudapati ia di dalamnya;
duduk di bawah pancaran sinar lampu
...
Patahan Sunyi Yang Bicara
ada sunyi terpatah-patah
dalam jiwa yang meregang harapan
cukup luaskah hatimu
merengkuh segala yang dipersembahkan
bukan karena ia datang diam-diam
tapi karena kau tahu
kesadaran telah lebih dulu karam
dalam keteguhanmu
Very lovely and very nice poem