Langit begitu terang malam ini
Kususuri lorong redup
antara tadi dan nanti
...
Ah, senyummu berganti rena
seperti daun singkong yang mulai tua.
...
Gadis kecil di buskota
cekung matanya yang usang
bikin jiwaku merasa berdosa
saat dia menodongku
...
Ini tangan, bukan milikku
Asin peluh di sekujur kulit
Biar kering uap mesiu
Darah mendekap keringatku
...
Hatimu kerikil debu
cuma ngilu kudapat di padang batu.
Duri yang berdarah
dan perih yang bergairah
...
Aku ini dinding batu
pada relief yang luka.
Aku ini debu jalanan
ditiup angin tanpa tujuan.
...
Samar-samar kau datang
mendaki kegelapan
dengan sebutir pelita di tangan
...
Kau goreskan separuh luka
pada lenganku.
Kau sumpalkan separuh dusta
pada otakku.
...
Sekali kau datang
Saat arahku hilang
Kau tiup pelita
Hingga padam semua nyala
...
Cermin dan debu bermain di kegelapan
ada tangis
dan kesepian
ada dahaga di pekat malam
...
Demikian waktu menjadi renta
detik-menit mulai hilang-terlupa
juga nada-nada di dada
jadi kendur-kabur
...
Penghabisan bulan kau kirim surat
rasaku menyusup lumpur firasat
barisan tinta berkata:
jarak tak lagi dekat
...
Ini gadis berkerudung kabut
dingin-lembut.
Tak biasa ditaut-dipaut
...
Young and bad.)
Langit Begitu Terang Malam Ini
Langit begitu terang malam ini
Kususuri lorong redup
antara tadi dan nanti
Langit begitu terang malam ini
Darahku berdesir, terpagut
menggema dari dada hingga ke dasar hati
Langit begitu terang malam ini
Kanan-kiriku sepi begini
Aku menggigil, jantungku mau berhenti, mati?
Langit begitu terang malam ini
Sendirian aku di sini
Entah untuk berapa lama lagi
dihantam sesal-nyeri memaki
Ah! Langit begitu terang malam ini
Wahai bulan di sana
Kau terlampau terang – terlampau tinggi!