pada sore yang terlambat
rindunya merambat
tak ada kain yang membebat
luka di hati yang mengulat
pada rindunya yang berat
dia berganti jahat
ditubuhnya yang liat
amarahnya menggeliat
wahai, yang menguasai hati
landaskan vela mengurai pati
biarkan panahmu menderai
agar tubuhnya berai
wahai, yang menguasai mirzah
apakah harapan bisa memenuhi tarsah
pada kejenakaan yang basah
mereka mengundi barzah
wahai, yang mengumpati makam
akankah puas hatimu memeram
pada lipatan kain serupa ihram
kau sembunyikan geram
wahai, yang meredam rindu
mampukah kau ungkap sendu
pada lantunan makrifat syahdu
saat malaikat menanak madu
wahai, yang menenggelamkan harkat
bisakah engkau lebih dekat
pada gurat nasib yang berkarat
dia umpan hidupnya pada isyarat
ohoi…engkau yang begitu lunak
inikah temali yang membuhul benak
saat dosa beranak pinak
dia tergesa bak ternak
ohoi…pada penguasa senyap
bilakah ada musim tanpa rayap
yang berbunyi bak kepak sayap
datang menemuimu saat merayap
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem