TOPENG Poem by Sapardi Djoko Damono

TOPENG

untuk Danarto
/1/

Ia gemar membuat topeng. Dikupasnya
wajahnya sendiri satu demi satu
dan digantungkannya di dinding. "Aku
ingin memainkannya," kata seorang sutradara.

Malam hari, ketika lakon dimainkan,
ia mencari wajahnya sendiri di antara topeng-
topeng yang mendesah, yang berteriak,
yang mengaduh: tapi tak ada. Ternyata ia masih

harus mengupas wajahnya sendiri satu demi satu.


/2/

"Di mana topengku?" tanyanya, entah kepada
siapa. Dalam kamar rias: cermin retak, pemerah
pipi, dan bedak berceceran di mana-mana;
dan tak ada topeng. "Di mana

topengku?" tanyanya. Tegangan listrik yang rendah,
sarang laba-laba di langit-langit,
dan obat penenang di telapak tangan. Tak ada
topeng itu. Mungkin maksud sutradara: Sang Tiran

harus menciptakan topeng dari wajahnya sendiri.


/3/

Tapi topeng tak boleh menjelma manusia;
ia, tentu saja, hafal sabda raja
dan sekarat hulubalang. Ia kenal benar sorot mata
dan debar jantung penonton. Ia, ya Allah,

tak pernah tercantum dalam buku acara,
tak menerima upah, dan digantung saja di dinding
jika lakon usai. Tinggal berdua di belakang panggung
yang ditinggalkan, sutradara tak juga menegurnya.

Ia tak berhak menjadi manusia.

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono

Surakarta, Central Java
Close
Error Success