Istriku,
Buatkan aku secangkir kopi
Barangkali hanya ada teh, tidak masalah
Asalkan bisa membuatku tenang
Karena saat ini aku sedang menulis diatas perkamen
mungkin ada sekitar duapuluh empat lembar banyaknya
Sekiranya kamu bisa membantuku menulis
Kemarilah, sumbangkanlah ingatanmu
Keluarkan ide-ide dan juga angan-anganmu
Kita kenang bersama masa-masa pacaran dulu
Dan kita simpulkan Kisah pertengkaran tadi malam, juga resolusinya
Sambil kita mereka-reka masa depan anak
Semua itu kita tulis di atas perkamen
Meski aku tau perkamen ini mudah rusak
Juga tulisan didalamnya aku tahu akan luntur
Sama sekali aku tidak resah
Karena aku dan kamu juga nantinya akan mati
Cintaku padamu juga akan mati
Cintamu padaku juga akan mati
Tapi, paling tidak kita bisa menjaga perkamen-perkamen ini
Agar tetap utuh sampai ajal kita tiba
Adapun telah aku yakini
sebuah kredo diatas batu yapsis
yang selama ini aku genggam
telah menuntunku kepada Cinta Sejati
Maaf saja, itu bukan cinta antara kau dan aku
Tetapi cinta antara aku dengan Tuhanku
Tapi tunggu dulu,
aku tadi malam merencanakan sesuatu
walaupun hanya berandai-andai
Nantinya,
jika kamu meninggal lebih dulu
kirimkanlah surat-surat untuku ya...
se-sering mungkin
agar rinduku padamu tidak sampai membuatku tercekik
Atau mungkin jika aku meninggal lebih dahulu
akupun pasti akan mengirimkan bagimu
sejumlah sajak sajak tentang keagungan Tuhan
dan juga sesekali diwaktu senggang
aku akan mengirimkan undangan
khusus untukmu
Sebuah undangan makan malam
Mungkin kita bisa bertemu lagi
Dan melanjutkan cinta kita
Eh, Tapi sepertinya itu tidak mungkin ya
Karena pada waktu kebangkitan
orang tidak kawin dan tidak dikawinkan,
melainkan hidup seperti malaikat di Sorga
Maka, di akhir perkamen ini
Kita akan tuliskan sebuah janji,
Bahwasanya aku dan kamu akan saling mencintai
sampai maut memisahkan
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem