Kemari kawan
Ke Menggala, Cilongok
Tempat dengan sejuta limpahan inspirasi
Nangkring di atas pohon kalba
Menikmati udara pegunungan
Aduh biyung
Alamnya bukan main
Apalagi kalau pagi
Seperti disuguhi pertunjukkan kabaret
Burung-burung menjadi lakonnya
Kabaretnya pentas sampai siang
Siang hari istirahat sebentar
Tidur
Mataharinya hangat
Nggak panas, nggak bikin gerah, pas
Langit disini seperti pencemburu
Cemburu sama pemandangan alam dibawahnya
Makanya kalo sore dia suka beratraksi
Semburat merah, kuning, biru, oranye, hijau, kadang merah muda
Secara bergantian dipertunjukkan
Atau malah bisa muncul bersama-sama
Aku sering dibuat takjub
Ya, Seperti Aurora Borealis
Langit warna-warni tadi adalah tirai
Akan terbuka nanti
Pukul enam,
......
Opera malam pun dimulai
Mendadak panggung menjadi gelap
Sebelum akhirnya bulan dan bintang tampil kemudian
Menciptakan harmoni
Seperti penyanyi sopran yang diiringi alunan orchestra
Komposer dan libretinya adalah Tuhan
Aku biasa ke belakang rumah
Setelah pertunjukan opera selesai
Kota Ajibarang terlihat gemerlap dari sini
Tapi mungkin desaku ini lebih terang
Dalam artian yang lebih mendalam
Aku tinggal diatas kaki dian
Namanya Menggala
Sebuah desa dengan terang menyala nyala
Darimana asal terang itu?
Bisakah kamu melihatnya?
Praban Wulan itu memancarkan cahaya
Cahaya kemuliaan Tuhan
“Like the candlestick in the tabernacle, these are ‘golden’
Luk Salam Sejati, dengan segala hormatku kepada Kaki Suramenggala dan Nini Suramenganti
-Menggala, Karang Tengah, Cilongok 26 Maret 2014
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem