Terjaga. Kita saling melepas pikiran pikiran agar terburai. Pecah disetiap sudut jalan.
Dan di rantau, alamat diterbangkan oleh sayap waktu atau kupu kupu batu, katamu.
Muara teweh, jam 01.30 siapa peduli. Tak juga kerinduan menyibak gerimis disana.
Kita tak pernah menaruh janji di sela langkah menuju sunyi, kilau jalanan dan pagar,
Seringan inikah hari kehilangan wajah yang pernah lelap di pelupuk. Sebentar fajar.
Langit membeku. kelabu dikelokan bayang bayang kita. Mencapai tubuh tak lelah.
Seharusnya tahu kita tidak saling menunggu, yetro sinseng jalan kemana. Senyap.
Udara berkilat menangkap gerimis. Duka siapa terlanjur basah. Menggigil sendiri.
Hampa. Tanpa kata kata, keheningan mendekap kita. jangan tunggu aku dalam sirna.
Sampailah batas antara kita dan jarak yang menyeret ufuk. langit kelabu tanah kelabu.
Mencoba menembus ruang berirama senyap, akan kemana kita segera tiba.
Mungkin yang menunggu hati batu menderu k e arah puruk cahu, tanpa tangan tangan
Rindu.
Jangan tunggu aku. Di suatu ketika senja hampa hingga malam hangus jelaga,
Menetaplah dalam tenang. Fajar mengembang perlahan, cintamu berpendar cahaya.
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem
cool, i lost in yr words. thanks for sharing yr wonderful thought