Nahu Poem by Iqraman Tirana Firdaus

Nahu

Di sudut itu aku terjaga
mengheret langkah membasah wajah
tiada iringan tiada suara
ku lihat aku dibalik kaca
ku ambil bekas yang kesembilan
untuk diisi santapan
ditemani air tradisional indonesia
hadiah ibuku
mana sadar? mana resah?
bila kerinduan muncul di benak
aku terperangkap di tengah-tengah
di tengah kota mati
kota sepi
para suara lapisan menemani
keputihan ini kugomoli
hingga terpercik si merah hati
tenat yang kurasai
hingga mampu menodai
saranan si buta kepada si buta
aku dengari
kasihani terbit di hati
pecahan itu cuba ku rungkai
tetap ingkar menjadi teka-teki
atmosfera yang tipis
masih bergerak diatas orbitnya
hingga aku merindui 'Bima Saktinya'
bidadari palsu tersenyum palsu di lorong ini
atas yakin ini jalanannya
ku tabur roti santapan merpati
teguh berputar si roda kota
kicauan burung terus memuji
memuji penciptanya
gemersiknya terus menghantui
tapi itu hanya mimpi
mimpi dari sang pemimpi
ini bukan rujiku
ini bukan isiku
ku tinggal ia jadi rapuh
di telan pusingan lawannya
agar di mengerti agar di fahami
moga tidak dikenangi
moga tidak di tangisi
aku sudah bersemadi
jauh di benak
hingga satu masa
tiada sisa
semoga abadi di lautan dingin

POET'S NOTES ABOUT THE POEM
2 pm
COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success