Ayat-Ayat Mawar Poem by Fitrah Anugrah

Ayat-Ayat Mawar

Ayat-ayat Mawar


apa yang kau muntahkan

selain katakata sampah

terucap saat sebuah mawar

hilang di taman


Seorang lelaki jalang memetik mawar tercantik

tanpa takut duri menyerang, lalu menyimpan

di taman rumahnya yang sepi. Mawar itu berbiak

semerbak wangi hiasi waktunya yang dirundung sepi



Engkau mencaci kekosongan,

Engkau meratapi yang telah hilang,

mawar itu tak mungkin kembali,

Deru pasir telah menampar wajahmu,

Engkau akan kering di taman tandus,

sendiri berkawan ilalang. Kembali sunyi



Bekasi,23-03-2008



Menanam Mawar

Aku ingin menanam sebuah mawar

dalam kesunyian hati. Biarkan durinya

merobek dinding, dan darah mengucuri

jiwa yang kering. Rasa sakit kian kekalkan

kesempurnaan hidup.



Mawar ini kan tumbuh bersama langkah nuju mimpi

Setiap perkataan kan mewangi, membuai angan setiap

pemimpi. Ingin rebut dari hatiku namun tangan terayun

lempari wajah mereka dengan segenggam pasir.

Lalu terbang menghilang bawa perasaan hina



Aku ingin sebuah mawar abadi di hati

kelak berkembang mewarna dan orangorang memandang

indah rupa, ingin memetik tapi tangan tergores duri.

Cukup memandang indahnya bagai mentari yang tak miliki bumi.



bekasi,23-03-2008



Mawar Berduri

Sayang masih kuingat bila kauinjak jiwa ini,

engkau pun ludahi segala pikiran. Rasakan kejammu

Mengubur cinta pada deru amarah.



Masih teringat diri terpenjara di ruang sunyi

tanpa ada angin membelai selain cacimaki dan dusta

pun kau beri aku minuman pelumpuh harapan,

tak sanggup muntahkan, tubuh terbujur kaku

dan mulut tak akan berteriak.



Sayang, aku kembali berdiri

memberi setangkai mawar yang terindah

buat dirimu. dia akan membuat catatan pada hatimu

Engkau pun menangis mengingatnya dan darah tumpah

pada durinya yang bikin perih. airmata takkan berhenti.

Engkau terluka, luka yang perih

terkulai di ujung sesal, rasakan duka

menerima segal balas dari mawar

yang dulu pernah kau tanam.



Bekasi,23-03-2008

Oh Gadis.

Oh gadis, apa yang kau cari?

bila selalu tuangkan kata dalam secangkir kopi

lalu langkahkan kaki nuju keramaian,

terkurung hidup dalam cerita sedih



Senyummu bunga menunggu kumbang

datang hinggap di meja makanmu

matamu seperti mentari pagi

jiwa gairah menatap pancaran

terbangun sadar menujumu



Oh gadis, kuingin temani engkau

ikuti kemana pergi? namun selalu tertinggal

karena hidup tak hanya uraikan cantik dirimu,

karena seribu cucian kotor menanti, suara kanakkanak

yang kelaparan, dan petuah orangtua menunggu aku bangun



Oh gadis, pergilah sendiri, kemana kau ingin.

ku masih tuntaskan sebatang rokok dan secangkir kopi pagi

belum habis kuminum. Jangan menoleh kepadaku, pergilah jauh. Dan aku
tetap di meja warung sempurnakan waktu.



Bekasi,23-03-2008



Sore Di Blitz Megacineplex

'Bonjour' itu sapamu dan setiap cerita lalu kau tafsirkan

suara tuhan yang rindu pada kekasihnya. hingga aku terpojok

dalam sudut ruang. Pahami apa yang kau kata.



Kau pun ajak aku bergembira, bertepuk tangan,

hentakan kaki, ucapkan dzikir yang tak tahu apa artinya,

dan kesunyian berubah keramaian.



Hingga aku terbang lewati setiap langit

ingin bertemu tuhan, tapi dia tak ada,

lalu kutemui malaikat-malaikat bergemuruh, bernyanyi,

dan tarikan tarian harmoni. Lalu aku lebur dalam harmoni syahdu,
menghayati waktu hingga aku terlepas dari tempat

berpijak. Oh, dimana ibubapakku? masih kudengar panggil namaku.



Ada apa dengan diriku? diri telah bertelanjang,

melepas yang mengurung, menjadi jalang, melayang,

lalu hilang dalam kerumunan asing. Oh ada apa dengan diriku? aku ingin
pakaianku kembali, aku ingin kembali ke bapakibuku lalu dandani aku
kembali.

Bekasi,23-03-2008



Sepanjang Jalan Fatmawati

Diri seperti angin, terbang kemana-mana

mencari engkau yang menghilang dalam keramaian

jalanan kota. Oh apakah engkau masih mengenalku?



Malam ini aku mendatangimu,

tumpahkan rindu dalam pelukan,

telah lama tak dengar kisahmu,

ketika kau berjalan susuri jalan kota

mencari makan



Ternyata masih seperti dulu

Tubuhmu masih hangat,

Menyimpan bara rindu,

Bertemu sang kekasih yang hilang

namun keangkuhan membuat kau

terdiam di tepi jalan.



Namun kenangan takkan terlepas

mengingatmu membuat dinding hati

semakin robek, setelah kau sayat dengan cerita

tentang hidup yang terus terpinggir.

Pun aku menepikan harap, mendiamkan engkau

menjadi abadi.



Bekasi,23-03-2008



Dalam Kamar 2 x 3



Dalam kamar 2 x 3, aku dan engkau memaknai setiap nyanyian. hingga
pagi datang. lalu kau berkata: 'Dengarlah suara Tuhan buat hambaNya
yang tenggelam dalam rindu'. Tak ada apa-apa di sini hanya diam, pun
kopi+rokok menghilang.

Dalam kamar 2x3, menunggu tuhan datang dengan cerita keajaibannya,
namun jiwa menggigil, dingin mencambuk perasaan, dan badan ini
diselimuti dosa yang tak tahu kapan datangnya.

Entah apakah tuhan berada dalam kamar 2 x3, sementara bibir tak mampu
sebut namanya, tangan terbujur kaku, dan pintu ini tak pernah kami
buka bila ada yang mengetuk.



Bekasi,23-03-2008

Mati Sebentar

Sejenak keberhentikan hidup

mengumpulkan kembali mimpi

yang terburai oleh panas mentari.

nafas biarkan mengatur segalanya

hingga temukan tempat buat istirah



diri ini kian berselimut gelap

lelah membuka mata, layangkan pandang

pada hidup makin tak berhenti. Maafkan aku

telah melupakan engkau. Tinggalkan engkau sendiri

duduk di kursi tuamu.



Aku mau sebentar mati

tanpa ada hantaran doa,

kutahu itu tak perlu

sebab cinta pun sudah lebih dulu

pergi. Dan menungguku di penghujung kematian,

aku mau bertemu cinta yang pasti ada dalam mimpi.



Bekasi,23-03-2008

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success