Di Museum Fatahillah Poem by Fitrah Anugrah

Di Museum Fatahillah

Di Museum Fatahillah

Meneer coen berkumis cemeti bersedih hati, lihat pribumi berlari-lari bagai kuda arab menarik peti ke sunda kelapa. Fatahilah bersurcn wali berdiri menantangnya lalu pedang menyibak rambut perak meneer. Bergugur badai utara, serdadu bergelimpang di bandar ikan. Pribumi beramai-ramai masukan mereka dalam peti. Di gelap belukar kota akan ada upacara bakar sate.Dagingnya adalah daging serdadu yg penuh daging babi jarahan.

Meneer meminta pada Baginda ratu utara datangkan tsunami hingga jilat air membanjir sampai belukar selatan.Tapi daendles mendarat di bandar, mencium darah pribumi seperti pemabuk mencium wangi anggur.Lalu dia bangun ribuan dam buat tampung darah pribumi dan bentang jalan utara pulau lalu terpasang penjara di tiap di perbatasan. Tapi pribumi mengencingi dam, jalanan, dan penjara karena mengira kamar mandi.

Daendles muntah membau bau kencing, dia murka.1000 badai utara, geram krakatau, dan tsunami obrak-obrik rumah raja. Pribumi mati dan tubuh tak bercelana. Serdadu turun dari kapal berarak gembira. Melihat kemaluan pribumi seperti lezat bistik dan manis darah yang muncrat seperti manis wine.

matahari oranye di hampar biru langit utara. kota milik serdadu malam ini. Meneer coen dan mr. Daendles berdansa di pinggir pantai. Menunggu pagi sebab nanti pagi baginda ratu utara mendarat di batavia lalu memberi upah. Istana megah.

april 2009

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success