Bulan Dalam Tenang Poem by Eva Clara Harahap

Bulan Dalam Tenang

Galeri itu panjang tak berliku...

Aku terpaku pada sudut satu ruang....

Galeri ini penuh rahasia seperti dalamnya jurang....

Gulita, hanya lukisan itu membawa terang...

*****

Tercampak kembali dalam lukisan itu....

Untaian simphony itu menari ringkai membelenggu...

Aku risau dalam waktuku yang terbuang....

Mengayam mimpi dengan alang-alang....

******

Aku lihat dia disana, sibuk melukis bulan biru...

Bulan itu diterpa awan tanpa noda....

Bulan meninggi diantara semak belukar belantara....

Dia duduk bagai pertapa, melukis tanpa ringkuh...

******

Aku mendekat, tercekat, 'jangan kau lukis bulan itu'...

Dia memandangku tanpa selera, diam, tercekam...

'Sudah berapa banyak orang melukis bulan? ' kataku pasrah...

'Setiap bulan yang kulukis berbeda' dia menjawab lemah...

*****

Tak lama beberapa pengunjung mendekat....

Dia tetap melukis bulan biru tanpa noda....

Aku tak pernah tahu apa itu bakat...

Atau tak lebih dari hanya sebuah tekad...

*****

Kususuri malam dengan mataku....

Galeri kembali penuh dengan pengunjung bisu....

Dia tetap melukis terpaku pada bulan biru....

Ah, mimpi sudah lama pergi dari hidupku....

****

Aku tak mau berteman dengan mimpi....

Semua itu hanya membuat sakit hati...

Dunia ini tak lebih dari garis tegas tanpa bunyi....

Hingar bingar mimpi itu tak lebih dari simphony halusinasi....

*****

Kulirik pelukis itu dengan takjub merona...

Sudah tiga lukisan bulan biru tergeletak didepannya...

Di sudut bibirnya seulas senyum bertahta...

Seolah-olah bulan biru itu bercerita padanya....

*****

Kutelusuri kembali malam dengan desahku....

Pelukis itu semakin menggangguku...

Kenapa dia begitu percaya dengan karyanya....

Oh aku bagai putri buruk rupa, berharap dia mendapat bala....

*****

'Kau membuang waktu' kataku tak sabar...

'Tak akan ada orang yang mau membeli lukisan bulan kedinginan' sungutku...

Dia memandangku lemah, selemah genggaman pada lukisannya....

'Makanya jangan bermimpi' sergahku dalam hati...

******

Tak lama, dentang kaki mendekat bagai lonceng istana bunga...

Aku tahu, keajaiban yang ditunggunya telah tiba....

Secepat itu, tiga lukisan berpindah empunya....

Aku terbakar bagai musang tersiram bara....

******

'Kau menang, ada yang membeli lukisanmu' kataku lemah...

'Waktumu tidak sia-sia melukis bulan biru itu' desahku lunglai....

Dia menatapku terpana 'aku tidak melukis untuk mereka' katanya...

'Aku melukis karena bulan biru adalah mimpiku, angan-anganku'...

*****

Dia berkata tanpa ragu 'Untuk sebuah mimpi, tidak ada yang percuma'...

Ingatlah kataku, ketika waktu seolah-olah tak berpintu..

Atau waktu kau merasa terkurung dalam sebuah ilusi semu...

Aku termangu dalam rindu akan mimpiku...

Mungkinkah mimpi kembali menjadi sahabatku? ...

*******

Copyright @ Eva Clara Harahap 'July 2011.

*******

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success