Kuli Poem by Fitrah Anugrah

Kuli

Kuli

Kokoh hitam lengan menyimpan keperkasaan baja meraup batu-batu hitam di ceruk gunung hingga belanda sudi melirik keperkasaan lalu nipon membeli keperkasaan itu. Kau tak sadar keringat telah penuhi kali-kali kering yang mengalir ke kota. lalu sukarno jelajah sumber air.'Oh kau robot-robot yang digerakkan dentum perut dan hingar kemauan anak+istri'. Sukarno ke puncak bukit lalu menancap pengumuman 'Ini Milik Kami'

Matamu ingin menangis dengan kemenangan ini tapi waktu rabunkan pandangan. 'engkau
bukan pemilik keperkasaan' kata mandor pelabuhan. Tubuh kekarmu telah terteken kontrak hingga tertanda cukai beras di punggung. Ah anak+istri melihat punggungmu jadi tatakan makan taukee dan saudagar. Tak sempat dia mengelus punggungmu tapi kau menendangnya seperti kuda yang kesakitan hingga terlempar tahi, kentut, kencing, dan ludah. 'kau bikin susah bapak! ' katamu.

Mulutmu sungging senyum saat mereka pergi. kretek hiasi bibir tebal. Terbayang istri berdandan cantik dengan bedak dari luluran tahi ditambah parfum bau kentut. dan anak-anak yang sambut bapak dalam kesegaran setelah hisap ceceran ludahmu dan manis kencing. Malam ini mereka akan tampil cantik layaknya bintang sinetron tv yang lunas hutangnya dari bank keliling.

'Kamu kuli. Kamu ga boleh tidur. Apalagi bermimpi! ! ' Oh seorang anak juragan memanggil. dia rapi bak pengeran yang mau jemput putri. lalu kaki kuli mengayuh menuju harapan sang pangeran. dia tersenyum karena akan mutar sejarah, mengubah nasib anak juragan menjadi baik. tentu dia mendapat bagian kesenangan. lalu dia menonton rupa putri cantik yang bergoyang di kamar cahaya.

Ternyata kuli tak pantas lihat keindahan. Tusuk pisau juragan pada lubang mata, hidung, dan mulut. Kuli diam meringkuk di atas selembar tubuh istri yang kerempeng dan pipih berbantalkan busung perut anak. Kuli hanya tersenyum dan melihat masih ada bintang bersinar. hingga sebuah bintang turun lalu bisikkan rahasia, 'Besok pagi sebuah kapal dari negeri jauh akan bersandar. dan mencari orang sepertimu. Cepatlah pergi. Bila ingin dengar gemerincing logam uang, kilau emas, dan halus lembaran dolar'. tapi pagi ini dia ingin melihat goyang penari india di ujung pelabuhan.

Bekasi,09-02-2009

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success