Perjalanan Katak (Indonesian) Poem by Imam Setiaji Ronoatmojo

Perjalanan Katak (Indonesian)

adegan ke sepuluh
(Sub Bagian PERCAKAPAN DAUN)

panggung senyap, hanya perempuan berlari-lari, suara langkah kaki, sambil memegang pelepah daun pisang, berhenti, berlari lagi, berhenti, berlari lagi mengiitari panggung dari satu level ke level lainnya. di belakangnya lelaki kedua ikut berlari, pada saat berhenti, si perempuan berhadapan seraya memainkan pelepah pisang menutup wajahnya.

lelaki kedua: Tunggu adik manis, tunggu. Bulan purnama begini hendak kemana?
perempuan: Hendak mencari aku.
lelaki kedua: Aku siapa?
perempuan: Aku yang hilang
lelaki kedua: Hilang kemana
perempuan: Hilang di balik pelepah pisang
lelaki kedua: Hilang kenapa?
perempuan: Lihat bulan purnama mengejek
lelaki kedua: Tetapi jangan sembunyikan mukamu begitu
perempuan: Air matapun tak punya
lelaki kedua: Lupakan itu
perempuan: Dukapun tak ada
lelaki kedua: Lupakan itu
perempuan: Pedihpun selalu mengikuti (sambil menggoyang-goyangkan pelepah di muka lelaki itu)

perempuan itu menyanyi:
'Tanahku tanah air mata
Berleleran darah menggenang
Sedihku siapa yang punya
Tanahku tanah yang kulupa
Dukapun kini kutak punya'

lelaki kedua: Lupakan itu

si perempuan terus menyanyi semakin keras ia berlari, suara kaki begedebuk diikuti pelan-pelan orkestrasi rebana yang semakin keras dan cepat, dibelakang slide di tengah muncul gambar katak 1 yang dishoot semakin jauh menjadi puluhan, ratusan, ribuan, , bahkan jutaan katak, rebana keras dan cepat diikuti orkes kung kong katak.

si perempuan berlari sambil mengibas-ibaskan pelepah, sang lelaki mengejar, tetapi tiba-tiba ia terangkat naik di shoot lampu terang putih, tergantung dimuka jutaan katak bernuansa kelam, mulutnya menganga.

(2005)

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success