Tatkala angin silir menempelak sanubari
Tenggadah sejenak, terkesima dalam sepi
Jauh disudut hati, ada rahsia hitam mendiam
Umpama sembilu menusuk-nusuk takterhinggakan
Kalis dibedil kata nista yang takterkesudahan
Menahan setiap butir penuh tabah dan sabar
Hanya tunduk menyerah pada ketentuan yang Esa
Pasrah pada sindiran tajam menghiris
Mulanya...
Susur takdirnya begitu berliku keliru
Menerjah dari segenap penjuru, menguji setiap detik dan ketika
Ujian hadir bak hujanan busur-busur berapi
Panas membakar, dalam menusuk ke segenap tulang belulang
Kekadang akur terkulai pada kealphaan
Yang hadir menyelinap tanpa sedar
Membujuk hati nan tidak keruan
Menyeret ke lembah durjana tanpa batas
Rakus menikmati keasyikan duniawi
Tenggelam dalam gelojak kemasyukan
Lemas tak terenang, mendasari lurah
Tertewas longlai, menyambung nyawa
Lalu disentap hatinya tanpa belas
Berdarah merah mengalir, menyindir-nyindir pada kealphaan
Bersama deraian air mata hangat yang mengalir
Membersihkan segala kehinaan yang mendiam
Bersujud pada yang Esa, tunduk mendamba
Menginsafi setiap noda dan dosa
Betapa dirinya telah diselimuti dosa-dosa yang hina lagi menghinakan
Rindu untuk mengecapi manisnya sebuah taubat
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem