-Akulah si anak sapi, menjelma pucuk api
Ketika jemari Siwa sibuk meremas lempung
Membentuk lembu lain bagi arwahku
...
poet who spent much time in the countryside as farmers)
Palebon (The Original Version)
-Akulah si anak sapi, menjelma pucuk api
Ketika jemari Siwa sibuk meremas lempung
Membentuk lembu lain bagi arwahku
Matahari hampir membenamkan seluruh cahaya kesumba
Di pangkal laut. Dan dalam juluran lidah ombak, tersimpan
kecemasan kaki-kaki telanjang di sehampar kuning pesisir.
Begitu juga kau, aku tahu bahwa angkuh pedalungan
Mesti segera menyala dengan suluh dan biru jasadku
Demi kepala sapi dan padma yang disembahkan dari altar
Telah kuserahkan daging ini buat santapan si Agung Siwa
Lalu dari moncong semenanjung. Langit mengubah parasnya
Serupa rambut perempuan yang terurai ke ceruk samudera
Seseorang menangis, seperti hendak memecahkan wajah dingin
Gugusan bintang dan nafas yang tertahan kobaran api
Akulah si anak sapi yang dibakar sore hari
Ketika seluruh langit mulai sehitam batu karang
Akhirnya, aku mengenali ada sesuatu yang lebih perih
Dari seribu tebasan pedang atau kematian itu sendiri
Apa ada kenikmatan dari jasad yang terbakar?
2011