Rubaiyat [xli]: Jaridatain Poem by Ilham Q Moehiddin

Rubaiyat [xli]: Jaridatain

(tongkat basah)


: kepada penyair

jika engkau tak menjenguk, mana mungkin padamu aku kelak ruah
aku bukan orang saleh yang bisa mengubah tongkat serupa ular
tidak pula begitu gampang menemukan wadi' di padang tiah
bahkan awan tak menaungi kepalaku jika aku menggelintar

sungai memiliki pangkal dan hujung
napas itu, dihembuskan saat lahir dan saat mati
kita memiliki keduanya, ada punggung dan ada mula
mengapa tak pula kau tanyakan dalilnya

sehingga kumpulan air disebut samudera
gundukan tanah menjulang disebut gunung
ruang maha luas itu disebut angkasa
alam itu memberikan segalanya di saat pagi

: kau diberinya air lewat embun
kau diberinya kehangatan sinar lembut mentari
hatimu diteduhkan oleh langit yang terang
telingamu dihibur oleh nyanyian burung

tetapi saat siang amarahmu menjilam keji
kau ludahi tanah yang menumbuhkan bagimu bunga
kau sumpahi angkasa yang menebar angin memberi tepi
kau kutuk burung yang menebar benih

apabila agama diiris iris, engkau abai saja berdiam diri
tapi engkau racau mengutuk insan yang dahaga bersyair
engkau hendak menggatra piring kotor di atas yang bersih
bertingkah layak, melantik kambing sebagai raja

sungguh pongak manusia tiada batas
kesombongan mengonggok hatimu serupa sisa abu tungku
saat kau kira akalmu menjulang, sukar bagimu berbagi ilmu
kesombongan jubahmu, mahkotamu adalah rangah

mengira hanya dirinya seorang saja di dunia ini
disangka hanya dirinya seorang saja menderita
menjadikan sesalnya sebagai alasan kedengkian
mengelubung sisa kepalsuanmu sebagai topeng berikut

begitu cepat lupa menghukummu
sehingga kau cupai tingkahmu sebelum itu
apa kau mengira usai berguru pada orang hebat,
lantas kau pun seketika terjangkit hebat?

hanya raja yang menabalkan raja
tak pernah ada raja menahbiskan darwis
tak pernah ada daduk mengenakan mahkota
bahkan, seorang raja tak pernah jalan bertongkat

jika engkau tak menjenguk, mana mungkin padamu aku kelak ruah
kau bukan orang suci yang mampu naik ke langit dan berdiri di sisi arsy
memelihara keangkuhan menghalangimu berkalang martabat
ohoi, pujangga…wahai, penyair

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success