aku telah pulang, seusai
menyampaikan pesan
kelembutan yang terkirim dalam hembusan
saat pelupukmu menyiapkan tangisan
kepada laut aku berunding tentang sungai
kepada sungai aku titipkan kerinduan hutan
kepada hutan aku bisikkan salam hujan
kepada hujan aku simpan keinginan langit
tiada syair yang dapat mengindahkan dunia
tiada syair yang dapat menghancurkan dunia
tiada syair yang menjelma dalam kedirian manusia
hanyalah ada syair manusia perusak dunia
yang mematahkan gunung dengan telunjuk mereka
yang mengeringkan samudera dengan mata mereka
yang membalik tanah dengan tumit mereka
: tidak datang yang dua sebelum yang empat
tidak datang yang empat sebelum yang dua
tidak datang yang empat sebelum yang empat
tidak datang yang tiga sebelum yang empat, dan
tidak datang yang empat sebelum yang tiga
tiada manusia yang mampu sempurnakan syair
syair manusia selalu beraroma anyir
mata mereka terbuka saat pesan datang padanya
: lewat sungai, laut, hutan, hujan, gunung
pada tanah yang bergerak, mereka
menyerukan kerinduan
meneriakkan sesalan
meminta pangkuan
bukankah pernah Dia gemerincingkan lonceng
: tidak akan datang padamu tujuh barhut
dan tujuh walayah
sebelum dar asbab merapatkan permukaan langit dan bumi.
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem