Kehidupanku sebagai manusia dimulai setelah pembuahan terjadi antara ayah dan bunda.
Lalu Tuhan menitahkan aku hadir sebagai segumpal daging yang bernyawa, tertanam di dalam kandungan bunda.
Aku tak pernah tahu bagaimana wajah bundaku, wajah ayahku.
Aku tak pernah tahu, apakah bunda seorang perempuan penyabar, ayah seorang pemarah, atau sebaliknya.
Bahkan aku tidak tahu, apakah pembuahan itu dilakukan atas dasar cinta atau sekedar nafsu diantara mereka.
Aku adalah segumpal daging bernyawa yang tertanam di dalam kandungan bunda.
Wajar jika aku bertanya: Mengapa kamu menghadirkan aku di dunia?
Sering kudengar suara-suara berisik diluar antara kalian berdua; aku menebak-nebak ayah marah. Aku mendengar tangisan pilu bunda. Ada apa ini? Aku pun bertanya-tanya:
Apakah benar kalian menginginkan kehadiranku menjadi anakmu,
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem