Bibirmu rekah saat matamu terpejam.
Lehermu menjerang gairah kita yang kejam.
Rambutmu belah membungkus lebam.
Di sepersepuluh pertemuan tubuh, kita tenggelam.
Wahai, kekasih yang tegak di geladak
Telapakmu naungi mata yang lamur
Rindumu pada pantai barat kian memuncak
Saat angin membawamu melipir ke timur
Aduhai, punggungmu ayun digelombang jeram.
Dan kita mengejang di himpitan riam.
Disaat bibir kita membenam kesekian...
: kini kita tahu rasanya kematian.
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem