Tarian Tanpa Selendang Poem by Ilham Q Moehiddin

Tarian Tanpa Selendang

Bayi-bayi mendengkur tipis dalam buai dedaunan Aloivera, hingga mentari menuliskan kasih sayang pada kulit halus nan tipis. Puting-puting bumi menyentuh mulut mungil mereka, maka engkau yang berselimut semestinya turun dan berjaga, selepas gemuruh menggugurkan doa-doa dari langit, kita saling menyumpahkan kesetiaan di ujung bibir. Canang dibunyikan, melepas perginya kesepian berikut. Lumut Pantiros mengelupas di batang pepohonan yang mengering sebelum kemarau datang meranggas. Siapa orang-orang yang bersumpah di hadapan Tuhan semata-mata? Apakah mereka yang merubuhkan Manat di dekat perapian? Menyelubungi bilangan dengan permadani, menghiasi kakinya dengan sandal orang Troya, menghormati kepalanya sendiri dengan kepalsuan yang paling purba. Aku mulai menghitung kepala-kepala. Engkau ikut mempupuri wajah dengan lempung, dan kita sepertinya tak sejalan, wahai. Aku, barangkali lebih pantas mengibaskan selendang pada putri-putri rupawan yang turun dari kereta, membasahi kaki mereka dengan sari mawar, dan meletakkan bayi-bayi di kandungan mereka. Sepertinya kita memang pernah bertemu di pintu kota, wahai, sebelum dugaanmu tabal. Padaku, pemberi cap di pesan terakhir, kau kalungi bunga-bunga.


Kendari,16 Januari 2012)

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success