waktu aku
hanya punya sepasang sepatu
itupun sudah terhiasi lubang
hanya punya dua kemeja
dan kaos-kaos kampanye
aku tidak pernah bersibuk di depan cermin
memilih seperangkat pakaian serasi
waktu aku
hanya bisa meminjam sepeda
atau kendaraan bermotor milik kawan
jangankan ke warung depan jalan,
keliling kota-pun
pasti kupilih untuk berjalan kaki
waktu aku
tak memiliki alat komunikasi
janji-janji bertemu
tepatkan tempat dan waktu
dan kita akan sama-sama tahu
waktu aku
dan juga kamu
tak pernah ragu apalagi malu
kita nikmati secangkir kopi
dengan hati-hati mengambil makanan di piring
sambil berhitung uang recehan yang ada di saku
di warung-warung sempit dan kotor
lalu bergantian menikmati sebatang kretek
kita masih banyak bicara dan tertawa
waktu aku,
ya, waktu-waktu seperti itu,
betapa kita dapat menentukan nasib sendiri!
Jatimas,30 Agustus 2014
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem