Terima kasih telah berbohong padaku selama bertahun‑tahun
Terima kasih telah menghancurkan hatiku tanpa arti
Terima kasih tak pernah peduli pada perasaanku atau menghargainya sebagaimana aku menghargai hatimu
Perasaan yang tak seorang pun dapat membaca namun aku tetap membacanya lewat kata‑katamu,
Meski kata‑kata itu tak pernah keluar dari mulutmu, bahkan kau menyembunyikannya dariku
Terima kasih atas air mata yang kau teteskan terakhir kali;
Air mata itu tak sesakit dulu, namun kau menghancurkan hatiku sepenuhnya
Seandainya Tuhan membuka hatimu untuk melihat cinta murni yang kuberikan
Aku mencintaimu dengan tulus tanpa mata yang tertutup
Aku mencintaimu dengan segenap hati dan jiwa
Tak ada kata yang mampu menjawab pertanyaamu, untuk berpisah dengan hati yang mati tanpa detak
Kebahagiaan yang pernah ada kini hancur seperti dulu, cara kau menaruh kesedihan hanya setengahnya
Tidak mudah jatuh cinta, hanya untuk memberikan cinta murni
"Bahagiamu adalah dirimu, " kau tak pernah melihatnya
Aku tidak pernah menjadi pacarmu yang sebenarnya
tidak ada mawar, tidak ada kartu ulang tahun, tidak ada puisi cinta yang menyatakan betapa kau mencintaiku
Kau menunjukkan hati yang hancur tak dapat disembuhkan karena kau tak pernah tahu arti cinta murni
Jangan datang dengan maaf, hatiku sudah pecah total
Jangan mencari aku, karena aku tak akan ada lagi
Jangan mencari puisi terbaru, karena kau benar‑benar tidak menyukainya jangan beri suara padanya
Karena aku tak lagi memiliki nilai di matamu, di hatimu, di hidupmu
Aku tak berarti bagimu
Biarkan semua luka terkubur dalam diriku, seperti air mata yang kutangis untukmu di hujan ding
Hingga aku sakit hingga tubuhku terbaring di tanah
Kau tak pernah menangis untukku walau sekali ketika aku hampir kehilangan diri
Aku tak berarti bagimu
Suatu hari kau akan tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang paling kau butuhkan
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem