Orang tuanya memahami siapa 'Muhammad' itu, karena
Takjub dengan pribadinya
Terpesona dengan keteguhan imannya
Lalu menjadikan nama
Muhammad sebagai bagian dari
nama anak lelaki yang disayangi
dengan diiringi doa dan seribu
harapan sang anak meniru
perilaku dan pribadi junjungan
kaum Islam yang sebenarnya
Waktu berlalu; bayi lelaki mungil
itu tumbuh dan dewasa
Dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki
Dia ingin menunjukkan baktinya
kepada Orangtua, Negara dan
Agama
Tak ada yang protes ketika
mengangkat dirinya sejajar
dengan Habib
Karena kebodohan pengikutnya
dan lingkungannya, kala itu
Perkataannya bagaikan Sabda Bumi
Bagaikan Firman Allah yang
dicipta oleh mulutnya sedemikian rupa
Mampu membius para pemuda
yang dilegitimisasi oleh negara
Kemegahan mulai merasuk diri
Ketika memaksa orang-orang
menandatangani secarik kertas
Yang berisi keinginan menjadi
Imam Besar di Negeri ini
Lelaki itu memiliki nama yang
bagus: Muhammad Rizieq Shihab
Dia katakan Islam perlu dibela
dari orang-orang yang bodoh
Ternyata orang-orang bodoh itu
justru menertawakannya: 'Sejak
kapan Islam butuh pembelaan? '
Mungkin kecintaannya terhadap
agamanya hanya sekedar pencitraan belaka
Sejauh ada pundi-pundi emas
mampu menyesakki kantong jubahnya
Lelaki itu memiliki nama yang
bagus: Muhammad Rizieq Shihab
Perilakunya, sepak terjangnya,
aktifitasnya bernuansa agamis
Namun bikin miris
Sebagian dari jejak Muhammad
diikuti, melainkan hanya sebagian
kecil saja
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem