Taken For Granted: Untuk Sebuah Nama Poem by Ayatullah Nurjati

Taken For Granted: Untuk Sebuah Nama

Rating: 5.0

keranuman hidup merekah terdesak invansi kelopak mata
janggut meretas kosong dalam persemaian para bidadari
lidah payau berseteru dengan gigi—terikat suara parau
hidung tergagap silau pada sebuah laksamana hati

wanita syahdu dengan syal melingkar membusungkan dada mengernyitkan dahinya yang memasung ketamakan
bersemi kuda laut megah bersitegang dengan lumba-lumba di palung hati
untuk sebuah nama terselubung diantara sekelumit catatan hari
solitare dan remi tergagap karena menjadi racun santapan

Tubuh Pekat menggeliat dibelai sang idaman hati
Lelaki—ayah menghasilkan suatu yang bermakna
Wanita—ibu-ibu bersalin demi suatu kausalitas naluri
Perjaka dan perawan lesung dalam kepanikan jentera

Untuk sebuah nama sakral diagungkan suatu ekspansi hati
kupu-kupu malam Kudus gamang karena telah diperkosa hak hidupnya
Preman mendesah karena lapar hatinya

Untuk sebuah nama yang abadi kembali kuberteriak hendak menyibakkan suatu kesan bahwa kau adalah seorang yang bersih kukuh dalam ransum keindahan dan siapapun kau……
aku malu.
Ciputat 3.19 sore/25/04/04

This is a translation of the poem Taken For Granted: for A Name by Ayatullah Nurjati
Wednesday, August 24, 2022
COMMENTS OF THE POEM
Close
Error Success