kepada wanita yang sangat khusus
sudah sejak sewindu yang lalu
bersepeda delapan belas kilo meter
melintasi jalan berliku beronak berbatu
lorong becek dan pematang sawah licin
setiap pagi senin hingga sabtu
menuju pabrik kardus Mitra Semesta
di LIK dekat perumahan Genuk Indah
dari angkat angkat hingga menyablon
semua dikerjakan penuh cinta
penuh harapan demi sesuap nasi
orang tua miskin dan rumah gedek
sekolah hanya sampai SD kelas lima
namun pantang menangis pantang menyerah
yang penting tidak jadi maling
atau teroris atau koruptor atau pengecut
yang lari dari nyata hidup ini
tidak lupa berdoa baca bismillah tiga kali
sebelum berangkat kerja dengan sepeda kesayangan
dan mencium tangan keriput ayah
ibu meninggal tiga tahun yang lalu
karena komplikasi diabetes dan jantung
bila sabtu tiba setelah menerima gaji
lalu pulang dengan senyum dikulum
tidak bosan mampir ke warung pak totok
tuk membeli tembakau tuk ayah
yang setia menunggu dan mendoa
seminggu lagi lebaran tiba sudah
amat meriah lampu kerlip dan spanduk
mercon dan klotekan bersahut sahutan
sekarang genap sudah dua tahun
menabung tuk membeli yang didamba
sholat Dzuhur usai sudah ditunaikan
sekitar jam satu bersepeda ke pasar Sayung
sambil membawa dompet coklat kulit ular
di dalam saku belakang celana jeans
berisi tujuh lembar uang seratus ribuan
lima belas menit kemudian
lewati tikungan berjembatan besi
sampailah di tempat parkir
menitipkan sepeda lalu masuk
berjubel orang keluar masuk pasar
langsung menuju tengah tengah
ke toko emas Jafar yang bercat putih
di etalase kaca masih teronggok
seuntai kalung emas yang dilihat
sekitar enam tujuh hari yang lalu
bicara dengan penjual berkumis tebal
boleh lihat kalung ini, pak?
berapa harganya? berapa gram?
emas tengahan, tiga gram, mbak
enam ratus sembilan puluh ribu
lalu memegang dan melihatnya
dengan seksama dan cukup lama
tolong bungkus rapi, pak
jangan lupa juga kwitansinya
lalu merogoh dompet di saku
bagai tersengat ribuan watt listrik!
terpekik gemetar mata nanar!
oh Tuhan, tidak ada!
saku telah sobek besar!
dompet raib entah kemana!
lemas, lemas, langsung tersungkur!
jatuh pingsan di tengah tengah pasar!
melayang bersama mimpi yang sirna!
dikerubungi orang orang!
sungguh malang nian! ! !
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem