Malam Satu Suro Poem by Ahmad Shiddiqi

Malam Satu Suro

segerombolan anjing liar di depan pintu gerbang kuburan melolong pilu
seekor gagak bertengger sendirian di dahan pohon trembesi
berat dan serak dendangkan tembang duka nestapa

deru bayu mengoyak rimbun daun daun pohon trembesi
rembulan mengintip di langit timur yang kelam
tiada tampak bintang kejora sepotongpun

sunyi tintrim membungkus sekujur desa
sungguh suatu hawa wingit yang kental
jangkrik dan kodok pun tiada bersuara

tepat di tengah lapangan yang berbatu
tiga belas sosok hitam melingkar
duduk bersila dan bersedekap

nyala sekam membakar kemenyan
sekejap asap putih tebal mengangkasa
sang pemimpin komat kamit mulutnya
khidmat lantunkan mantra berbasa jawa

sebilah keris berluk tujuh berplipit emas diacungkan
seketika ditenggelamkan ke dalam bokor kencono
yang penuh dengan air tujuh sendang
dan juga kembang tujuh rupa

jemari keriput telaten memijit dan menyeka keris
diiringi kidung seloka mantra yang terus dibaca
blar! ! ! tiba tiba petir menyambar sangat keras
sungguh mengagetkan sungguh menakutkan

tapi mereka tiada bergeming sedepapun
menatap tajam ritual yang sedang berlangsung
tetap menyatu melebur dalam harmoni magis
anjing anjing bersahutan ratapi dinginnya malam

sesosok putih berambut panjang menjuntai
perlahan turun dari pucuk pohon trembesi
sesosok tinggi besar berambut gimbal
amat perlahan dekati sang gagak

tiga sosok bocah gundul telanjang
sambil tertawa dan bercanda berlarian
menghambur lincah dari sela sela batu nisan
langsung menuju titik pusat arena mistik ritual

diikuti sebentuk kepala yang meringis dan menggelinding
sesosok tubuh terikat tali yang terus melompat lompat
sepasang ular besar bermahkota merah menyala
ngeri mendesis desis menjulurkan lidahnya

serombongan kelelawar mengitari pohon trembesi
lipan dan kalajengking berkejaran menuju bokor kencono
asap putih kemenyan berkelok kelok dan akhirnya memudar

sang keris sudah mengkilat dilumuri minyak kesturi
lalu dibungkus hati hati dan rapi dengan kain mori
semuanya bersama kumandangkan mantra kuna

langit malam dipenuhi mendung yang bertumpukan
lapangan telah kembali lengang mereka tinggalkan
malam semakin dingin semakin sunyi sepi sendiri

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Ahmad Shiddiqi

Ahmad Shiddiqi

Semarang, Central Java, Indonesia
Close
Error Success