di penghujung setiap lembaran kain batik
jemari lentikmu begitu cepat mencabik
hingga pelangi tidak lagi sadari
hujan dan badai telah pergi
di ujung jalan berlapis madu
suara merdumu berlagu
hingga bunga melati
lupakan cinta suci
wahai para pemimpin berkalung jimat!
sudah cukup kau tebarkan pesona keji
lewat segepok fulus tanda terima kasih
dan sekarung bingkisan berbalut hujat
bagimu kami adalah kecoak kecoak?
yang dipandang jijik oleh abang becak
bagimu kami adalah anjing anjing?
yang membuat bulu kuduk merinding
bagimu kami adalah patung patung?
yang seenaknya dilempar ke palung
bagimu kami adalah kerbau kerbau?
yang semaunya dicambuk dan ditipu
wahai para hakim berjubah emas!
sudah lelah kami dengarkan dengan lugu
ribuan hasil putusan dan investigasimu
yang hanya puaskan mereka kaum berkelas
sementara kau bangun taman dan perumahan
yang penuh mutiara mutu manikam menakjubkan
sementara kau kuras habis ikan dan minyak bumi
sungguh sudah kau luluhlantakkan nusantara kami
sementara kau siksa belalang dan kupu kupu
dengan wejangan penuh rayu tipu tipu
sementara kau poles luka luka lama
dengan curiga dan janji dusta
wahai para saudagar bermobil mengkilat!
sudah cukup kau tebang hutan pegunungan
tuk kau bangun pabrik bercerobong asap pekat
yang racuni air udara dan tanah warisan nenekmoyang
apa yang kau pegang menjadi abu
membakar meremukkan kalbu
apa yang kau pahat menjadi darah
bertumpah ruah selaksa serakah
apa yang kau tanam menjadi badai
menjejali hari hari dengan imajinasi
apa yang kau taburkan menjadi bangkai
menikam sedalamnya asa dan cinta kami
wahai pemuda pemudi manja pemuja produk barat!
bangkitlah dan angkatlah senjata walau sesaat!
kami telah sangat lama dan penat menunggu
tuk kau bebas lepaskan dari belenggu
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem